Perjalanan ini adalah klimaks
dari keinginan besar saya untuk melakukan perjalanan darat menuju Pulau Bali.
Ya, semasa saya masih bekerja dulu sangatlah sulit untuk mewujudkan keinginan
ini karena keterbatasan waktu dan sulitnya mendapatkan cuti sehingga rencana
ini tak pernah terealisasikan. Nah, kebetulan saat ini saya sedang tidak
bekerja alias tuna karya alias menganggur, dan berhubung saya juga habis
mendapatkan sedikit rejeki dari bisnis travel kecil-kecilan bersama salah
seorang teman, maka saya merasa inilah waktu yang tepat untuk melaksanakan
mimpi melakukan perjalanan darat menuju Timur Indonesia.
Mengapa saya memilih perjalanan darat?
Sementara untuk sekedar ke Bali saja sebenarnya hanya tinggal duduk manis
selama satu jam didalam pesawat. Ya, esensi dari perjalanan yang saya kehendaki
bukanlah tentang tujuan semata. Perjalanan darat dari Jakarta ke Bali bukanlah
perjalanan yang dekat, anda akan melewati banyak daerah dengan adat dan kebudayaan yang berbeda dan karakter
masyarakat yang berbeda beda di tiap stasiun pemberhentian. Saya ingin
mendapatkan pembelajaran dan pemahaman baru tentang keberagaman tersebut.
Alasan lain yang membuat saya memilih melakukan perjalanan darat adalah karena
saya seorang pecinta kereta api alias Railfans hehehe. Satu hal lagi, anda juga
akan dibuat takjub dengan panorama pemandangan alam yang akan anda lihat
dibalik jendela kereta api selama perjalanan. Hamparan sawah hijau nan luas
berlatarkan gagahnya deretan pegunungan besar, dan terkadang terselip anggunnya
sungai sungai dengan riuh airnya yang memanjakan mata. Sungguh, itu semua
adalah mahakarya terindah sang pencipta.
Perjalanan kita mulai!! Saya
melakukan perjalanan ini bersama dengan seorang sahabat saya yang bernama Toto.
Sama halnya dengan saya, ia pun merasa butuh melakukan traveling sesegera
mungkin untuk melepaskan penat rutinitas.
Senin, 14 Desember 2015 pukul
08.30 WIB saya mulai langkahkan kaki saya menuju Stasiun Pasar Senen Jakarta.
Berbekal pakaian seadanya saya mulai berjalan meninggalkann rumah disertai
dengan Bismillah. Setibanya di Stasiun Pasar Senen saya berjumpa dengan Toto,
dan bergegas melakukan boarding tiket dan menuju peron, karena kereta api yang
akan kami tumpangi telah tersedia di jalur 1 Stasiun Pasar Senen. Kami
menggunakan kereta api Gaya Baru Malam Selatan dengan tariff Rp 117.500,- dan
akan turun dan transit di Stasiun Lempuyangan, Yogyakarta. Tepat pukul 10.30
WIB, Masinis pun mulai menjalanlan kereta api. Perasaan saya begitu berdebar
dan meledak ledak. Ya, akhirnya saya benar benar melakukan perjalanan hebat
ini! Hehehe. Kereta api Gaya Baru Malam Selatan yang saya tumpangi begitu gahar
melahap besi rel demi membawa saya dan ratusan penumpang lainnya menuju tempat
tujuan.
![]() |
| Kereta Gaya Baru Malam Selatan |
Saat kereta akan masuk dan
berhenti di Stasiun Cirebon Prujakan, saya telah bersiap berdiri di pintu
kereta api. Untuk apa? Yap, sudah menjadi kebiasaan para penumpang kereta api
jarak jauh untuk membeli makan siang di Stasiun tersebut. Warung makan tersebut
terletak di peron utama sebelah timur pojok. Menu yang disajikan beragam dengan
harga yang bersahabat. Bukannya enggan untuk membeli makan di restorasi yang
tersedia di kereta api, namun porsi dan pilihan menunya sangat tidak cocok
dengan selera saya. Setelah dua bungkus nasi untuk saya dan Toto telah ditangan,
saya langsung bergegas kembali menuju gerbong saya. Kereta api pun kembali
melanjutkan perjalanan, sembari memakan nasi bungkus tadi. Saya begitu focus
melihat tiap jengkal pemandangan khas kereta api diluar jendela sana.
Tepat pukul 19.30 WIB, kereta api
Gaya Baru Malam Selatan yang saya tumpangi akhirnya tiba di stasiun tujuan
saya, Stasiun Lempuyangan. Betul sekali, untuk melakukan perjalanan darat
menuju Bali, terlebih dahulu anda harus menuju Banyuwangi. Ada beberapa pilihan
untuk melakukan perjalanan ke Banyuwangi dengan kereta api. Anda bisa mengambil
jalur Pasar Senen – Surabaya – Banyuwangi, Pasar Senen – Malang – Banyuwangi,
atau Pasar Senen – Lempuyangan – Banyuangi, sementara saya memilih rute
terakhir tersebut karena efisiensi waktu. Saya akan melanjutkan perjalanan ke
Banyuwangi pada esok pagi, dan malam mini saya harus bermalam di Yogyakarta
terlebih dahulu, okelah.
![]() |
| Jalan Malioboro ketika gerimis |
Cuaca di Lempuyangan malam itu
gerimis kecil, begitu romantis. Begitu keluar dari stasiun, saya langsung
mencari becak untuk minta diantarkan menuju Stasiun Tugu Yogyakarta yang
jaraknya kurang lebih 1 Km dari Lempuyangan. Tujuan saya disana adalah
menyeruput kopi Joss yang banyak tersedia di warung angkringan disekitar Tugu
Yogyakarta. Bisa anda bayangkan, suasana gerimis kecil dengan atmosfir khas
Jogja, ditemani oleh kerasnya sensasi kopi joss! Sungguh suasana yang tidak
akan anda jumpai disembarang tempat.
Selesai mencumbu nikmatnya Kopi
Joss, saya langsung berjalan kaki menuju Jalan Sosrowijayan untuk mencari
penginapan murah. Cuaca masih gerimis saat itu, Jalan Malioboro begitu sepi,
berbeda dengan penampakannya di waktu cerah. Saya bertemu dan bernostalgia
dengan seorang sahabat sewaktu kuliah dulu disana, namanya Risdio. Dia sedang
melanjutkan pendidikan di Jogja. Akhirnya ia menyarankan saya untuk mencari
penginapan di daerah yang saya lupa namanya, kami bertiga pun meluncur dengan
motor milik Dio.
![]() | ||
| Jalan Malioboro |
![]() |
| Stasiun Lempuyangan pagi itu |
Tepat pukul 07.20 WIB, kereta apI
Sri Tanjung yang akan membawa kami menuju Banyuwangi pun berangkat. Tarif Jogja
– Banyuwangi sebesar Rp 100.000,-, perjalanan kali ini juga bisa dibilang lebih
panjang dari perjalanan saya semalam menuju Jogja. Dari jendela kereta Nampak
begitu manis Gunung Merapi dan Gunung Merbabu yang berdampingan, seakan
mengucapkan selamat jalan kepada saya.
Diawal perjalanan banyak saya habiskan untuk melanjutkan tidur yang
terpotong di penginapan semalam. Saya terbangun dari tidur ketika kereta tiba
di stasiun Madiun, kereta berhenti cukup lama disini. Saya putuskan untuk
keluar gerbong untuk meluruskan pinggang dan saya dibuat takjub ketika menengok
ke arah barat. Yap, Gunung Lawu Nampak begitu besar dan gagah dari sini, berselimutkan
awan putih yang membalut tubuhnya yang besar.
![]() |
| Stasiun Madiun Jawa Timur |
![]() |
| Gunung Lawu berselimutkan awan putih |
![]() |
| Kereta Api Sri Tanjung |
![]() |
| Gunung Merapi |
![]() |
| Stasiun Surabaya Gubeng |
Setelah kereta berhenti di Stasiun
Sidoarjo, saya pun melihat tanggul raksasa imbas dari bencana Lumpur Lapindo.
Kini tanggul tersebut dijadikan objek wisata oleh masyaraka setempat. Ya,
bencana tersebut telah menyita perhatian dan membuat orang menjadi ingin tahu
bagaimana bentuk sesungguhnya dari kubangan lumpur Lapindo.
Tak lama berselang, saya dibuat takjub kembali
dengan pemandangan gagahnya deretan pegunungan di Jawa Timur. Saat gunung
Semeru dengan puncak Mahamerunya berdiri disisi sebelah kanan saya, dan
ternyata berdiri pula gagahnya Gunung Argopuro disebelah kiri. Lalu pemandangan
Gunung Raung, Gunung Ijen dan Gunung Merapi Jawa Timur yang Nampak anggun
beriringan. Sungguh, gunung-gunung fenomenal tersebut akan benar-benar anda
jumpai dalam perjalanan menuju Banyuwangi.
![]() |
| Gunung Raung |
![]() |
| Gunung Ijen dan Gunung Merapi Jawa Timur |
Langit mulai gelap diluar sana,
namun saya masih saja terperangkap didalam tubuh si ular besi. Gerbong kereta
yang awalnya penuh dengan penumpang, perlahan berubah menjadi sepi dan hanya
tersisa beberapa penumpang. Semakin kereta berjalan ke arah timur, semakin
didominasi oleh orang-orang yang berbicara dengan logat khas Madura. Akhirnya
pada pukul 21.30 WIB, saya tiba di Stasiun Banyuwangi Baru. Perasaan saya
begitu bercampur aduk kala itu, antara senang, lelah, pegal, dan lapar. Maklum,
14 jam berada didalam kereta api bukanlah hal yang mengasyikan juga hehe.
![]() |
| Pelabuhan Ketapang |
Tarif penyeberangan Ketapang –
Gilimanuk cukup murah, yaitu Rp 7.500,-, begitu tiket penyeberangan sudah
ditangan dan hendak akan mendekati kapal. Serangan kondektur bus dan calo-calo
mulai saya rasakan, mereka menawarkan akan mengantarkan saya menuju Denpasar.
Akhirnya saya pun luluh dan terbuai dengan tawaran salah satu calo yang
memberikan harga Rp 50.000,- untuk mengantarkan saya menuju Denpasar. Karena
kondisi tubuh yang lelah dan rasa kantuk mulai menghampiri, akhirnya saya
meng”iya”kan tawaran tersebut. Ternyata bus yang saya naiki begitu bagus dan
nyaman, okelah. Imbang dengan harga yang saya keluarkan.
![]() |
| Penyeberangan ke Bali |
Penyeberangan yang awalnya
menyenangkan berubah menjadi menegangkan, saya khawatir serangga itu masih berada
disekitar saya. Alhamdulilah, setelah kurang dari satu jam penyeberangan
akhirnya kapal mendarat didataran Bali. Saya pun segera kembali kedalam bus.
Satu hal yang tidak boleh anda
lupakan ketika melakukan penyeberangan ke Pulau Bali, jangan sampai tidak
membawa identitas diri atau KTP. Ya, begitu bus meninggalkan kapal, seluruh
penumpang diwajibkan untuk menunjukan KTP kepada petugas pelabuhan. Saya tidak
bisa bayangkan apa yang akan terjadi bila anda kedapatan tidak bisa menunjukan
KTP.
Setelah bus meninggalkan
pelabuhan Gilimanuk, saya memutuskan untuk melanjutkan tidur. Karena
pemandangan diluar begitu sepi dan gelap, tidak ada objek menarik untuk
dilihat. Kurang lebih 2 setengah jam perjalanan akhirnya bus tiba di Terminal
Ubung, Denpasar.
Waaaa!!!!! Akhirnya saya tiba!!!
Diterminal Ubung saya sedikit bersih bersih diri di toilet umum yang
disediakan. Setelah itu saya keluar terminal dan menunggu di salah satu
minimarket didepan terminal. Rencana kami selanjutnya adalah menyewa motor yang
akan kami gunakan selama dua hari kedepan. Ya, backpacker ke Bali lebih
menyenangkan jika kita menyewa sepeda motor. Kita bias mengeksplore setiap
seluk bali Bali sesuka hati kita tanpa harus mengkhawatirkan kendaraan yang
akan digunakan. Tarif sewa motor perharinya sebesar Rp 70.000,- dan bisa
diantarkan ke terminal Ubung. Contact person penyewaan motor di Bali bisa
banyak anda dapatkan lewat browsing di internet.
![]() |
| Siap berkelana di Bali |
Setelah satu jam menunggu,
akhirnya motor yang akan kami sewa telah tiba. Cukup dengan menunjukan KTP dan
membayar sewa dimuka, akirnya sebuah sepeda motor matic telah ditangan kami.
Rasa kantuk pun hilang berganti dengan semangat yang begitu membara untuk
menjelajah tiap pelosok Bali. Tujuan kami yang pertama di Bali adalah menuju
Kintamani, dan wilayah Batur.
Untuk petualangan saya di Bali
selanjutnya akan saya ceritakan di artikel berikutnya. Dan sekarang akan saya
berikan rincian biaya perjalanan dan review akomodasi yang dibutuhkan untuk
melakukan perjalanan darat ke Bali. Serta tips dan trik yang bisa anda gunakan.
Berikut ini adalah review
akomodasi dan biaya perjalanan darat saya menuju Bali.
·
Stasiun Pasar Senen – Stasiun Lempuyangan Jogja
10.30 WIB – 19.30
WIB
Kereta Api Gaya Baru
Malam Selatan
Rp 117.500,-
Alternatif yang paling pas sebenarnya anda bisa naik kereta api Progo
dengan tariff Rp 75.000,-. Dari Pasar Senen berangkat pukul 22.30 WIB dan tiba
di Lempuyangan pukul 07.00 WIB, sehingga waktu jeda transit tidak begitu lama,
hanya 20 menit. Namun karena ketersediaan tempat duduk kereta Progo telah
habis, akhirnya saya memutuskan untuk naik kereta api Gaya Baru Malam Selatan,
dan membuat saya harus bermalam dulu di Jogja.
·
Stasiun Lempuyangan Jogja – Stasiun Banyuwangi
Baru
07.20 WIB – 21.30 WIB
Kereta Api Sri Tanjung
Rp 100.000,-
·
Pelabuhan Ketapang Banyuwangi – Pelabuhan
Gilimanuk Bali
24.00 – 01.00
Ferry
Rp 7.500,-
·
Pelabuhan Gilimanuk Bali – Terminal Ubung,
Denpasar
01.00-04.00
Bus Eksekutif
Rp 50.000,-
Sebenarnya ada alternative angkutan yang lebih murah, sekelas bus metro
mini yang bisa mengantarkan anda ke terminal Ubung Denpasar, namun karena
keadaan sudah larut malam, dan bus tersebut baru mulai beroperasi sekitar jam 3
pagi, maka saya putuskan untuk naik bus eksekutif.
Jadi, total biaya yang saya butuhkan untuk melakukan perjalanan darat
menuju Bali sebesar Rp 275.000,-, harga itu diluar biaya makan
diperjalanan dan biaya penginapan di
Jogja.
Tips:
- Pastikan kondisi tubuh anda fit 100% untuk melakukan perjalanan ini, karena pasti akan sangat menyiksa melakukan perjalanan darat selama 25 jam bila kondisi badan anda tidak sehat.
- Bawalah pakaian yang dapat melindungi anda dari dinginnya angin malam, terlebih suhu kereta api dan di Pelabuhan saat malam hari akan sangat dingin.
- Jika anda tidak berselera dengan makanan yang disajikan restorasi kereta api, ada baiknya anda membawa makanan sendiri. Bisa beli diwarung makan atau bawa dari rumah. Dan air mineral secukupnya.
- Usahakan cari tempat yang ramai jika anda ingin beristirahat ditempat yang asing, jauhi lokasi-lokasi rawan kejahatan.
- Bekali pengetahuan anda dengan informasi dari internet ataupun melalui teman, jangan sampai anda kebingungan ditengah perjalanan. Rawan dipermainkan oleh calo-calo di perjalanan.
- Jangan lupa membawa KTP, charger HP, cabang colokan untuk charge HP di kereta api, dan Headset. Dan yang pasti uang cash secukupnya.
- Calo-calo bus di terminal begitu agresif, untuk itu diperlukan kemampuan dan kesabaran lebih untuk menghadapinya. Dan selalu Ingat, tolaklah tawaran mereka dengan sopan!














